Menjadi pribadi yang tetap rendah hati tidaklah mudah, ketika dalam hidup kita semakin bergelimang oleh harta, kedudukan, kekayaan, dan perasaan bahwa diri adalah seorang yang lebih baik, lebih pintar, lebih cantik, dan lebih sukses daripada orang lain.
Manusia lahir pada dasarnya tidak membawa apapun dan begitupula ketika meninggalkan dunia ini. Sama seperti seorang bayi yang masih polos, dimana anak tersebut tidak akan menilai seseorang ataupun kepada siapa ia ingin bermain dengan menilai kekayaan, suku bangsa, keadaan, siapa latar belakang temannya tersebut. Namun, seirin ia semakin besar dengan paparan lingkungan, pola asuh orangtua, keinginan, kepemilikan materi, gaya hidup, pikiran-pikiran iri, cemburu mulai berkembang dan ingin terpuaskan. "Diri" sebenarnya terlupakan, terkontaminasi dan semakin jauh, ia menyadari namun pertahanan diri perlahan keluar "Ya, saya berhak memiliki kenikmatan ini kan ini hasil jerih payah saya..", "Memanglah dia tidak bisa apa-apa, memang pada dasarnya seperti itu.." dan lainnya..
Ketika seorang menjadi sombong karena kelebihan-kelebihan yang dirasakannya saat itulah esensi mengenai dasar kebaikan manusia dipertanyakan. Tentu saja, pribadi yang rendah hati masih banyak dapat kita temui karena empati dan kesadaran bahwa apa yang dimiliki adalah hasil keberuntungan, kerja keras, namun apa yang kita peroleh tetaplah tidak kekal.
Arrogance, excessive pride and self-conceit were projected as dreadful enemies. Indeed, they are the destroyers of our true "self". They are the product of illusion. When we begin to believe in the world of matter as the only reality, when we worship mater as the highest God, we kill our true "self". We become "self"destructive.
Quoted from "The Wisdom of Sundaland" Anand Krishna
My Two Cents
Saturday, March 14, 2015
Friday, January 2, 2015
2015
Happy New Year 2015. Semoga di tahun 2015 ini semakin jumlah tulisan blog saya meningkat daripada di 2014 yang hanya hitungan jari. :p
Sunday, July 20, 2014
Kotak Nostalgia
Kegiatan berbenah-benah kadangkala menjadi sesuau yang meyenangkan, kebetulan setelah lantai kamar selesai diperbaiki, barang-barang yang diturunkan dari lantai satu harus dibereskan kembali dan diboyong ke ke kamar. Sekalian pula dibersihkan dari debu-debu selama renovasi, satu per satu kotak berisi peninggalan barang lama dibuka dan dilap kembal
Kotak pertama yang membuat saya agak terkejut-kejut ternyata saya pengoleksi komik Crayon Shinchan hampir 20 komik Crayon Shinchan ada di dalam.. ya memang komik-komik tersebut dibeli dengan sadar sepenuhnya :D.. satu-satunya komik yang bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak. Kemudian ada satu buah komik Dororonpa, si hantu nakal, 3 buah komik Fear Street by R.L Stine yang sekarang sudah tidak bisa ditemukan lagi di toko buku, kecuali toko buku bekas mungkin, satu buah komik Kungfu Komang, satu buah komik Kuku Nube, tiga buah komik Conan, tiga buah komik Doraemon dan satu buah serial cantik yang saya lupa namanya karena tidak berkesan. Bisa dibilang saya bukan penggemar komik romansa atau pengoleksi komik seperti anak-anak di tahun 90 an dan sampai sekarang. Sejauh yang saya ingat komik yang sering jadi pilihan kalau sedang ingin membeli komik dan mencari hiburan hanya komik seperti Master Q, Doraemon, dan Crayon Shinchan.. beberapa komik mungkin sudah hilang entah dimana dan sekarang saya sedang memikirkan mau dikemanakan komik-komik tersebut sepertinya saya tidak akan membaca ulang komik Shinchan, but who knows I will..
Bacaan lainnya yang saya temukan adalah novel fiksi Harry Potter dari seri 2 - 5 versi Indonesia. Sayangnya, buku-buku itu mulai menguning mungkin karena terlalu lama di rak dan di kotak, kemudian seri terkahir Harry Potter yang asli dari dengan teks bahasa Inggris hadiah dari sepupu saya di luar negeri. Ternyata setelah saya amati tipe kertas yang digunakan untuk mencetak buku sangat berpengaruh. Seperti kertas novel Harry Potter versi Indonesia dengan bahan seperti kertas kroan lebih mudah menguning dan rusak, dibandingkan buku Crayon Shinchan yang umurnya lebih tua. Tentunya seiring era, buku-buku novel lainnya seperti seri Hunger Games hingga MockingJay masih tersimpan cukup baik walaupun mulai menderita kekuningan di bagian luar kertas. Seiring usia pula, buku-buku yang say abeli juga seleranya berubah, buku-buku motivasi untuk remaja bertebaran, How to be happy, stay strong, How to make friends, dan judul lainnya yang kurang lebih serupa. Dari judulnya tercermin simbol buku yang dibuat untuk remaja yang rapuh dan labil, yang mana saya akui masa remaja pencarian identitas tidaklah mudah. Buku-buku tersebut dari segi isi sanat bermanfaat yang saya kira panduan bukan hanya untuk remaja tapi prinsip-prinsip di dalamnya memang bisa diterapkan sepanjang hidup. Sudah lama saya tidak membuka buku-buku itu disamping keengganan untuk membaca kembali entah karena mengingatkan masa storm and stress atau saya sudah mengenal diri saya atau periode remaja sudah benar-benar lewat beserta cara pikir yang lebih matang.
Kotak kedua, sebenarny bercampur dengan barang-barang koleksi adik saya. Namun yang membuat saya terkesan adalah diari-diari. Membaca kembali diari sangat menarik, satu atau dua diari saya mungkin sudah hilang enath dimana hingga yang tersisa adalah diari masa SMP hingga SMA yang menurut saya penuh dengan emosi. Jika diiingat kembali diari saya memang pelampiasan emosi dengan penuh tulisan dan saya masih mengingat agak sedikit lega setelah menulis unek-unek dan masalah dalam hati. Mengingat diari pada umumnya rahasia dan setelah diari itu habis kemudian saya meggunting setengah dari halaman diari. Mungkin itu pula adalah simbol melepas masa lalu karena saya tidak menemukan diari lanjutan dan jarang sekali menulis kembali. Namun, ketika membaca kembali selain cerita penuh emosi adapula cerita-cerita lainnya yang membuat saya berpikir "Ok, pasti gw salah tulis di bagian ini!" dan merasa bodoh sebenarnya apa yang menjadi pikiran saya ketika meluapkan perasaan seperti itu. Anyway, ternyata hal-hal yang terjadi di masa lalu benar adanya pelajaran, kesedihan, kebodohan, keluguan dan jika dilihat kembali sebenarnya tidak terlalu serius.
Kotak ketiga, kembali lagi ke buku-buku pelajaran selama kuliah, belajar bahasa Inggris yang mayoritas dari buku cetakan luar, buku-buku bekas yang berisi, buku-buku novel petualangan, fiksi dan non fiksi yang belum sempat saya baca.
Saturday, April 12, 2014
Roommate: A stranger who comes to share in your life
Everybody will have many experiences while they study abroad, business matter, thus they have got to share a room or maybe a better one is one unit apartment with another persons. Roommate is quite interesting, whether she can be your close friend or enemy. A person who might be know you better than anybody.
In a room where you have to share you comfort zone, a person who may see what do you do everyday and your habit in the room. Talking about roommate somehow is funny, maybe you learn something from "sharing"experiences.
Mt first roommate when I studied abroad in Kuala Lumpur was a Indonesian girl. She was younger than me four or five years. But she was mature enough for her age. Inside her hijab she is a beautiful girl, mix of Arabian ancestors and Indonesia. We can mingle quite well together. As a roommate, I don't have any awful habits, just cleanliness is number one for me. Our room is very small, 3x4 m, with two bedroom, two study desks, two cupboards, and one toilet. The space between our beds just enough for one person to walk by. It was easily to bump each other. During the first month, we tried to understand each other habits and had chit chat. Everything was going well. She has had a boyfriend in in another town in Indonesia and hide this relationship from her parents. I found she often fly back to meet up with her bf and absent from class. Plus, our room was very humid, fungus appeared very three days on the cupboard and I couldn't stand with that green fungus. While, she often did not stay in the room, her cupboard became so green! and I wiped her cupboard every time the fungus got horrible. After three months, when she was going back to her hometown, I wrote a leaving letter, saying sorry for leaving the room without telling her personally.
I moved to another room, with an Iranian girl. She was an innocent girl who started to learn English. She was 19 years old and had a 40 years old Iranian man as her boyfriend. This man was old enough to be her father. Anyway, another complicated story began. Her BF from Iran went to meet her. They always argue and fight. I heard that she has got married (under religion). Living with her was emotionally exhausting. She could shout and spoke in Iranian when she had fight with her husband then cried. It was terrible cause it was not for one time or two times but every week must be something happened. Once I was studying and she spoke loudly in her language, angry. I counted time cause it was my room too. Then I could not stand anymore, I packed my laptop, slammed the door and went to lobby. She seldom went out for dinner or shopping with friends. when she felt guilty she would clean the room. Patience is a key to bear with this kind situation. Negative emotions is really influencing my mood. Fortunately after all storm, her family came to KL, then she wanted to move out, her family wanted to buy an apartment. I was not sure, cause she did not have a real plan of her life. After several weeks she left, staying outside with her family, she came back with blue hair and without her hijab! Her look has made me shocked for seconds. She took her stuff from our room and we said goodbye and hug each other. I felt relief.
Another Chinese Malaysian girl came to place the empty bed. This girl is cute and innocent, really clean! She wiped the floor with hands and her stuff was really organized. She has obsessed with cleanliness more than me. I learned to wipe the floor with hands too since the room was very small. She was the last roommate before I finished studying. Even though we did not talk much because she was not confident with her English but we share laughter very well.
Some kind of others' roommate maybe hangover every day, bring her bf in the room, smoking, drinking, and messy. That might be a hell if we cannot accept those behaviors. We just have two options if we can't accept it, it could be being very stubborn to keep our right of the room or just move to another room.
Anyway, even though, a roommate may share a short time with my life, but from this experience I learn how to accept people in my life.
A nice roommate, A person who knows how you snore every night, how you sick, sad, angry, even when you unconsciously fart (without telling to other people), she might be the only one who is willing to accompany you to find some food at night. Respect and tolerate are the key for everybody who shares their private zone with roommates! :)
A nice roommate, A person who knows how you snore every night, how you sick, sad, angry, even when you unconsciously fart (without telling to other people), she might be the only one who is willing to accompany you to find some food at night. Respect and tolerate are the key for everybody who shares their private zone with roommates! :)
Wednesday, April 2, 2014
Ketika "kalau" membayangi
Istilah "kalau".."jika saja" ..only if.. seringkali terdengar dan diucapkan dalam setiap momen dalam hidup kita. Suatu hari ketika saya mengadakan kuiz dimana mahasiswa saya yang tidak serius dan tidak belajar, terkaget-kaget dan terpusing-pusing dengan soal kuiz. Siapa suruh menganggap remeh kuiz dalam hati saya, padahal sudah diberi waktu untuk belajar, masih kurang baik apa coba. Kemudian saya tekankan bahwa nilai ini mungkin akan diambil sebagai porsi dalam UTS (yang mana belum tentu kan "mungkin"). Muncullah komentar-komentar dari si para mahasiswa yang sebenarnya belum bisa dibilang "maha", berkomentar "Kalau saya tau buat UTS mah saya juga belajar". Anak-anak jaman sekarang motivasi belajarnya apa sih?!
Kalau, kalau... kalau dipikir-pikir apakah bukannya sudah terlambat pemikiran seperti itu..
Kalau saya tau soalnya sesusah itu, saya belajar
Kalau saya tau soal bahan X yang keluar, pasti nilai saya bagus
Kalau saya baca, mungkin nilai saya tidak sejelek itu
begitupula berapa banyak kata kalau yang ada ketika kita memilih pekerjaan, memilih pasangan, memilih teman, mengambil keputusan dan sebagainya
Berapa banyak kata kalau ini menyesatkan hidup, ketika kita mengucapkan "kalau" pada intinya adalah sebuah kata penyesalan, sesuatu yang tidak bisa kembali lagi. Hingga akhirnya saya sampai pada satu simpulan, kondisi untuk peristiwa "kalau" pada dasarnya ada dua yaitu sesuatu yang sebenarnya bisa kita kontrol dan tidak bisa kita kontrol.
Seperti kasus kalau saya tau..tentu saja sebenarnya si mahasiswa bisa mengontrol bukan? pada intinya kuiz pun pasti berkaitan dengan nilai toh..kenapa gak belajar? hingga akhirnya berujung pada kesimpulan, ketika kita meremehkan sesuatu dan tidak mengontrol peristiwa yang seharusnya dapat dikontrol, lalu mengapa kita tidak berusaha mengontrol sebelum hal yang membuat kita tidak senang dan menyesal terjadi?
"Kalau" lainnya adlah sesuatu yang tidak bisa kita kontrol. Betapa itu adalah kehendak garis nasib. Peristiwa-peristiwa yang dapat terkontrol, menimbulkan penyesalan. "Kalau mereka tau pesawat itu akan hilang, sekarang mereka pasti akan selamat", "kalau dia tidak pergi ke mall, pasti HP nya gak kena copet!". Pada akhirnya untuk persitwa "kalau" seperti ini kita hanya dapat pasrahdan menerima karena memang walaupun kita tahu peristiwa itu juga tetap akan terjadi.
Pada akhirnya semua bergantung dari cara berpikir, ketika penyesalah sudah datang terlambat, untuk hal-hal yang masih bisa kita kontrol sebagai manusia, perbaiki dan berusaha lebih baik lagi. Semangat!
Sunday, February 9, 2014
Every new year is a hope
Looking back at 2013 that I only posted 2 artcles, what I had been doing last year?
June 2012 I started working and I spent 2013 year with kept busy with my work and all hassles, it consumed my mind and energy.. sometimes I asked myself, is this the work I want to pursue? what's next?sometimes everything felt static, nothing change. I always looking forward of Friday cause it means tomorrow is Saturday :P. Some friends have their own family and busy either with their own work.
But, I got knew that this is maybe adult life, burden with work, time to pursue money and love, find a life partner, get married, raise children.. and I just have accomplished few. Working life, some kind of youth friendship has became faded slowly, the feeling was there different. Working life, a period that I thought social life will not change, actually it is. Colleagues still colleagues, few of them and could be your truly friends. Working life, a period to meet cunning people and all politics and gossips go on.
Every new year I give my hope for the year ahead, this year 2014, hoping for my country, my parents, and my life.
June 2012 I started working and I spent 2013 year with kept busy with my work and all hassles, it consumed my mind and energy.. sometimes I asked myself, is this the work I want to pursue? what's next?sometimes everything felt static, nothing change. I always looking forward of Friday cause it means tomorrow is Saturday :P. Some friends have their own family and busy either with their own work.
But, I got knew that this is maybe adult life, burden with work, time to pursue money and love, find a life partner, get married, raise children.. and I just have accomplished few. Working life, some kind of youth friendship has became faded slowly, the feeling was there different. Working life, a period that I thought social life will not change, actually it is. Colleagues still colleagues, few of them and could be your truly friends. Working life, a period to meet cunning people and all politics and gossips go on.
Every new year I give my hope for the year ahead, this year 2014, hoping for my country, my parents, and my life.
Sunday, November 3, 2013
The Timekeeper
Ketika baru lulus kuliah atau mendengar seseorang tiba-tiba sudah punya anak besar-besar..."Wah, waktu berjalan cepat sekali ya.. tidak terasa".
Ketika seseorang dikejar-kejar deadline "Saya butuh lebih banyak waktu lagi nih.."
Ketika seseorang tersadar masih banyak yang belum ia lakukan: "Ya Tuhan, sekarang sudah November.. sebentar lagi tahun 2014 lagi."
Ketika bersama-sama reuni dengan teman-teman merayakan ulang tahun: "Kayaknya baru kemarin ya rayain ulang tahun.."
Ketika seseorang dalam keadaan sekarat dan menghitung waktu: "Tuhan, berikanlah saya waktu sehari, beberapa minggu, sebulan, setahun lagi.."
Ketika seseorang stress dan tidak ingin hidup lagi:"Buat apalah hidup lama-lama, tidak berguna.."
Ketika seseorang menunggu gajian: "Cepetan donk sebulan biar cepet dapet gaji..!"
Kalimat-kalimat seperti ini seringkali muncul dalam pembiacaraan kita sehari-hari, begitupula dengan saya. Saya seringkali mengeluh ya ampun kok waktu berjalan cepat sekali dan ada perasaan sudah tambah tua aja nih...
Jika diperhatikan lebih lanjut, semuanya adalah mengenai WAKTU.
Kemudian, saya menemukan sbeuah buku yang berada di tumpukan buku-buku SALE yang berantakan. sebuah buku dari pengarang favorit saya sejak dulu Mitch Albom, mungkin ada yang pernah baca Tuesdays with Morrie? atau Five People you Meet in Heaven?
Buku SALE yang tanpa ragu-ragu saya pungut dan beli The Timekeeper....
Di awal-awal bab sempat membuat saya bingung dengan cerita yang terlalu fiktif diluar nalar, cerita yang dirangkai membahas dari manakah konsep waktu itu muncul beribu-ribu tahun yang lalu, hingga akhirnya kita mengenal jam, menit, detik, hingga hari dan bulan.... hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. entah itu fiksi atau non fiksi dari Mitch Albom, semakin ke belakang semakin ada makna..hingga sebuah kalimat yang cukup mengena: karena manusia terus memikirkan waktu maka timbullah kecemasan. Coba dibayangkan seandainya manusia tidak pernah tahu tentang waktu langit terang gelap dan tidak ada jam di dunia ini..mungkin kita tidak perlu cemas tentang si waktu ini....tidak ada perasaan waktu terlalu cepat ataupun terlalu lambat..
Cerita terus berlanjut dimana si penemu waktu ini harus bertanggung jawab dan menjadi si penjaga waktu sebagai hukuman, mendengarkan keluhan-keluhan semua orang di dunia mengenai waktu dikurung di sebuah gua sendirian. Hal lainnya selama dia menjadi penjaga waktu adalah ia tidak akan tua dan terus muda. Hingga akhirnya dia memiliki kesempatan untuk lepas dari hukumannya untuk menolong dua orang yaitu seorang gadis muda yang hendak bunuh diri karena dipermainkan oleh seorang teman pria dan seorang kakek tua kaya yang tidak rela untuk mati, memutuskan menjadi bahan percobaan di lab mengawetkan tubuh dan organ-organnya di sebuah tabung besar, berharap penyakitnya bisa disembuhkan beratus-ratus tahun ke depan sehingga ia bisa hidup kembali di masa depan.
Isi buku ini cukup sarat makna jika bisa menyelami alur cerita dan kalimat-kalimatnya. Gadis remaja tersebut membuat ia tersadar akan kebodohan yang ia lakukan menyia-nyiakan hidupnya karena cintanya yang dipermainkan, mengabaikan cinta dari orang-orang sekitarnya, dan terpaku pada keburukan-keburukan dirinya. Ia sadar bahwa waktu yang ia punyai harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna dengan memperhatikan kasih sayang dari orang-orang yang sayang kepadanya.
Kakek tua yang seharusnya menerima dan menghabiskan waktu bersama istrinya namun justru sibuk mengatur kekayaan di hari-hari terakhir dan mengabaikan istrinya. Ia pun tersadar apakah keabadian hidup itu menjadi berarti jika justru semua orang-orang yang dicintai telah pergi.
Menurut penelitian (bukan fiksi yaaaa hehe), waktu sebenarnya bergerak secara konsisten dengan tempo yang sama namun persepsi otak kitalah yang membuat waktu terasa cepat ataupun lama. Sebuah informasi atau hal yang tidak biasa dan mengejutkan akan terasa begitu lama buat kita. Seperti halnya ketika kita sakit ataupun ketika berada dalam situasi yang mengejutkan atau mengerikan, peristiwa itu akan terasa lebih lama. Tetapi lain halnya ketika kita melakukan hal yang menyenangkan atau banyaknya hal yang dilakukan dengan menggunakan otak kita maka waktu akan terasa lebih cepat.
Subscribe to:
Posts (Atom)