Pages

Sunday, November 3, 2013

The Timekeeper

Ketika baru lulus kuliah atau mendengar seseorang tiba-tiba sudah punya anak besar-besar..."Wah, waktu berjalan cepat sekali ya.. tidak terasa". 
 Ketika seseorang dikejar-kejar deadline "Saya butuh lebih banyak waktu lagi nih.." 
Ketika seseorang tersadar masih banyak yang  belum ia lakukan: "Ya Tuhan, sekarang sudah November.. sebentar lagi tahun 2014 lagi."
Ketika bersama-sama reuni dengan teman-teman merayakan ulang tahun: "Kayaknya baru kemarin ya rayain ulang tahun.."
Ketika seseorang dalam keadaan sekarat dan menghitung waktu: "Tuhan, berikanlah saya waktu sehari, beberapa minggu, sebulan, setahun lagi.."
Ketika seseorang stress dan tidak ingin hidup lagi:"Buat apalah hidup lama-lama, tidak berguna.."
Ketika seseorang menunggu gajian: "Cepetan donk sebulan biar cepet dapet gaji..!"


Kalimat-kalimat seperti ini seringkali muncul dalam pembiacaraan kita sehari-hari, begitupula dengan saya. Saya seringkali mengeluh ya ampun kok waktu berjalan cepat sekali dan ada perasaan sudah tambah tua aja nih... 
Jika diperhatikan lebih lanjut, semuanya adalah mengenai WAKTU.

Kemudian, saya menemukan sbeuah buku yang berada di tumpukan buku-buku SALE yang berantakan. sebuah buku dari pengarang favorit saya sejak dulu Mitch Albom, mungkin ada yang pernah baca Tuesdays with Morrie? atau Five People you Meet in Heaven?
Buku SALE yang tanpa ragu-ragu saya pungut dan beli The Timekeeper....

Di awal-awal bab sempat membuat saya bingung dengan cerita yang terlalu fiktif diluar nalar, cerita yang dirangkai membahas dari manakah konsep waktu itu muncul beribu-ribu tahun yang lalu, hingga akhirnya kita mengenal jam, menit, detik, hingga hari dan bulan.... hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. entah itu fiksi atau non fiksi dari Mitch Albom, semakin ke belakang semakin ada makna..hingga sebuah kalimat yang cukup mengena: karena manusia terus memikirkan waktu maka timbullah kecemasan. Coba dibayangkan seandainya manusia tidak pernah tahu tentang waktu langit terang gelap dan tidak ada jam di dunia ini..mungkin kita tidak perlu cemas tentang si waktu ini....tidak ada perasaan waktu terlalu cepat ataupun terlalu lambat..
Cerita terus berlanjut dimana si penemu waktu ini harus bertanggung jawab dan menjadi si penjaga waktu sebagai hukuman, mendengarkan keluhan-keluhan semua orang di dunia mengenai waktu dikurung di sebuah gua sendirian. Hal lainnya selama dia menjadi penjaga waktu adalah ia tidak akan tua dan terus muda. Hingga akhirnya dia memiliki kesempatan untuk lepas dari hukumannya untuk menolong dua orang yaitu seorang gadis muda yang hendak bunuh diri karena dipermainkan oleh seorang teman pria dan seorang kakek tua kaya yang tidak rela untuk mati, memutuskan menjadi bahan percobaan di lab mengawetkan tubuh dan organ-organnya di sebuah tabung besar, berharap penyakitnya bisa disembuhkan beratus-ratus tahun ke depan sehingga ia bisa hidup kembali di masa depan.

Isi buku ini cukup sarat makna jika bisa menyelami alur cerita dan kalimat-kalimatnya. Gadis remaja tersebut membuat ia tersadar akan kebodohan yang ia lakukan menyia-nyiakan hidupnya karena cintanya yang dipermainkan, mengabaikan cinta dari orang-orang sekitarnya, dan terpaku pada keburukan-keburukan dirinya. Ia sadar bahwa waktu yang ia punyai harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna dengan memperhatikan kasih sayang dari orang-orang yang sayang kepadanya.
Kakek tua yang seharusnya menerima dan menghabiskan waktu bersama istrinya namun justru sibuk mengatur kekayaan di hari-hari terakhir dan mengabaikan istrinya. Ia pun tersadar apakah keabadian hidup itu menjadi berarti jika justru semua orang-orang yang dicintai telah pergi.

Menurut penelitian (bukan fiksi yaaaa hehe), waktu sebenarnya bergerak secara konsisten dengan tempo yang sama namun persepsi otak kitalah yang membuat waktu terasa cepat ataupun lama. Sebuah informasi atau hal yang tidak biasa dan mengejutkan akan terasa begitu lama buat kita. Seperti halnya ketika kita sakit ataupun ketika berada dalam situasi yang mengejutkan atau mengerikan, peristiwa itu akan terasa lebih lama. Tetapi lain halnya ketika kita melakukan hal yang menyenangkan atau banyaknya hal yang dilakukan dengan menggunakan otak kita maka waktu akan terasa lebih cepat.